Bagaimana bisa saya meninggalkan hati tersuci di bumi?
Sementara saya sudah berlayar jauh
mengarungi ombak dan samudera
Sampai saya tertambat pada satu permata,
Permata yang elok, cantiknya tak terduga…
Seseorang tersesat seperti saya, takkan bisa menolak cahayanya…
Sejauh memandang tetaplah cahayamu lentera bagi saya…
Kemudian saya berjalan, berlayar meninggalkan engkau dengan cara
yang sia-sia?
Mengabaikan cahayamu yang tetap menyala di
belakang…
Orang tersesat ini tidak tahu
berterimakasih…
Demikian saya menjadi orang terbuang dari terang
Dan memilih gelap merangkak di dalamnya…
Namun tak pernah ada yang bisa menguasai hati ini…
Tidak pernah saya kayakan hati siapapun dengan cinta, kecuali
“Untuk Lelakiku”
Hati saya tidak akan pernah tersesat,
Hati saya terus berlayar walau tanpa angin,
Sebab ia tahu dimana tempatnya berteduh…
Hati suci sepertimu, takkan rela terbuang dengan tidak layak
Hati lembut seperti kain sutera, takkan
rela jarum sekecil apapun menusuknya...
Jiwa saya tak akan bernafas tanpa jiwamu...
Jiwa saya mati...
Jiwa saya lemah...
Tanpa engkau, lelakiku...
Bersama berhentinya darah mengalir
Bersama berhentinya detak jantung ini
Cintamu saya bawa mati