Selasa, 24 September 2013

UNTITTLED


                Kota rantau di seberang sana, tapi entah kenapa kali ini rasanya ada yang beda ketika harus kembali. Seolah ada senyum yang aku tinggalkan dikota kecil itu. Kenyataan yang luar biasa aneh, rasanya mau tetap tinggal tanpa alasan apapun. Konyol. Entah, aku sendiri nyaris tidak menyadari apapun itu, terlalu gengsi memikirkan perasaan ku sendiri.
                Aneh. Perasaan macam apa ini? Semacam unsur yang berikatan dengan unsur lain dan menjadikannya senyawa. Ganjal. Biarkan alam isyaratkan, sekalipun aku – dia tidak akan pernah mengerti.
Aku sendiri terkadang tidak pernah tau
Apa yang terjadi pada hatiku, untuk hatiku, dan dari hatiku
Semuanya mistik, fantastik, klasik
Sampai aku menemukan satu titik fokus, semacam poros
Dimana ia berputar selama itu ia melingkar di titik itu
Semua jadi nampak ajaib

                Hampir saja aku amnesia, siapa aku. Kenapa aku meninggalkan hari lebih cepat dari hari-hari sebelumnya? Aku makin resah saja dengan sesuatu yang tidak aku mengerti. Serasa mengeja prasasti dan mengartikannya kata demi kata sedang satu kalimat bisa terbaca jelas satu jam kemudian. Ibarat berjalan, rasanya tertatih. Dan sampai saat ini aku masih berjalan dengan bantuan seonggok tongkat.
Pernah mencoba menjauh dari titik fokus itu
Tapi entah kenapa ya,
Semakin jauh, titik fokus itu mengalami perbesaran
Dan sampai akhirnya ia semakin dekat

                Mungkin aku sedang berpura-pura bodoh atau aku sedang berpura-pura lupa atau bahkan sedang berpura-pura tidak tau. Tapi sesungguhnya aku tidak sadar atau sedang berpura-pura tidak sadar. Aku tidak tau. Semua yang terjadi serasa asing, keadaan ini juga asing dan kegilaan ini apalagi. Semuanya serba tidak jelas, mana huruf dan mana angka. Malapetaka !
Sampai kapan berputar-putar seperti ini?
Serius, aku muak dengan titik kecil yang diibaratkan titik fokus !
Berhentilah membuatnya berputar,
Berhentilah membuatnya berkeliling
Berhentilah menjadikannya pusing

                Kadang aku tersenyum sendiri, apa-apa jadi menyenangkan. Sudah cukup rasanya kegilaan ini. Aku ingin muntah tapi tertahan karena sebuah lelucon yang menjadikan bumi dan matahari tersenyum di waktu yang sama.
Tidak perlu tertawa terbahak-bahak,
Telingaku masih mampu mendengar senyummu
Meskipun selat memecah

                Silahkan pergi tapi jangan lupa kembali. Silahkan datang kapan saja dan ukirlah senyum ini lagi. Kenyataankah yang sedang ku alami ini? Kenapa kenyataan seperti ini yang aku hadapi? Kenapa cahaya itu terkadang cepat sekali memudar, namun cepat sekali terang-benderang? Jelmaan apa yang sedang dibuatnya? Aku sudah terlanjur tidak mengerti, jadi teruskan saja permainan mu. Biarkan aku tetap bodoh, sampai bodoh ini menjadi manja. Biar semua sama-sama lelah, biar semua saling mengalah.
-o-
                Apa ini yang tiba-tiba membuat ku murung? Entah kenapa merasa tak enak saja hati ini. Tak lama kemudian aku sadar, kemarin aku sedang jatuh cinta. Rasanya seperti melayang-layang tanpa batas. Rasanya semua tempat sama saja, sama indahnya. Tapi aku sadar ketika aku jatuh, aku hanya sedang jatuh cinta dalam mimpi. Aku tidak sedang nyata.
“Aku sadar akan siapa aku. Walau kita sama, sama-sama biru sedang aku hanya ombak. Aku hanya akan nampak indah di antara hamparan pasir. Sedang kamu, kamu adalah langit yang membentang mengisi angkasa dan selalu indah dikala pagi – siang - petang”, ku hela nafas dalam-dalam.
“Aku tidak tau caranya pergi, maka buatlah jarak antara aku dan kamu. Aku tidak tau caranya menghindar, aku tidak tau caranya lepas, dan aku tidak tau caranya melupakan. Kamu benar, aku memang bodoh. Bodoh
                Kebodohan ini terus mengikuti kemanapun aku berjalan. Kebodohan ini terus menjajah tanpa peduli. Siapapun, ku mohon lepaskan rantai kebodohan ini, aku ingin bebas. Aku ingin hidup seperti sebelum aku mengenal penjara. Penjara yang banyak mengingatkan tentang kamu. Mau makan harus mengingatmu, minum juga masih mengingatmu, diam apalagi hanya kamu yang ku ingat, sampai tidur ku pun ada kamu terjebak di dalam lapisan mimpi. Sungguh aku menderita melihat keadaan ku sendiri. Walaupun keadaan ini tidak pernah memaksa ku untuk mengingatmu. Tapi kenyataan yang menganjurkan demikian. Aku tersiksa, aku putus asa, aku sia-sia.
Aku tidak menyangka
Kamu pun ia,
Aku – kamu 30 senti
Aku bukan besi
Kamu bukan magnet
Tapi kenapa ada dua kutub yang berlawanan?
Bukan aku yang mau,
Bukan kamu yang berkehendak,
Tapi kita sama-sama tidak menolak,
Sampai salah satu menjadi sengsara
Salah satu menerka-nerka
Dan aku jatuh cinta,
Sungguh malapetaka !

                Aku menyanyi, tapi aku tidak tau apa yang sedang ku nyanyikan. Ku petik gitar, tapi aku lupa kunci nada. Aku ingin bicara, tapi aku hanya mampu diam. Aku ingin pergi, tapi aku tetap saja disitu. Seperti inilah menjadi sesuatu yang benar-benar tidak berdaya. Hanya mampu dimengerti diri sendiri. Beginikah seterusnya? Jika ini berbatas waktu, sampai kapan aku begini? Kamu bukan ekstasi yang membuat ku candu, bukan? Kamu bukan anggur yang membuat ku mabuk, bukan? Sampai kapan aku sakit? Aku ingin sembuh. Aku tidak mau terus-menerus lumpuh.
-o-
                Sudah terlalu lama aku hidup dalam belenggu ketidakwarasan, di borgol oleh kegilaan, di sekap dalam kobodohan. Sejauh ini, aku berjalan dan mendekati dengan tujuan tapi sayang sekali aku harus balik arah. Aku menyerah. Aku sudah pasrah. Aku tidak mau melangkah ke arah yang bukan jalan ku. Aku pulang. Aku datang. Selamat siang. Petang, sambutlah aku. Bintang, bermainlah dengan ku.
“kalau nanti aku jadi pacarmu, aku akan jadi pacar yang baik. Yang selalu mengingatkan mu untuk tidak lupa makan, istirahat yang cukup, jaga kesehatan, mengingatkan tugas-tugas kuliahmu, jadi supporter setiamu ketika kamu latihan basket. Aku akan bawel ketika kamu sakit, akan marah ketika kamu tidak mengikuti nasehat-nasehatku, akan benci kalau kamu lupa makan dan begadang”

“I LOVE YOU” (dalam hati)

Hai langit,
Teruslah menjadi biru diantara awan, bintang, dan pelangi
Hai langit,
Tidakkah kamu pernah sadar, awan kemarin sebelum jatuh?
Ia adalah aku...
Aku ombak yang menguap keatas sebelum menjadi hujan
Hai langit,
Aku telah kembali ke laut
Karena hanya disini aku dapat menyaksikan mu dari bawah
Hanya disini aku bisa selalu melihat birumu
Biru yang indah,
Biru yang tak terhapus senja
Biru...
-o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar