Kepada Tuhan yang menciptakan dia, manusia yang di
mata hamba adalah keindahannya tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata
mutiara, keindahannya tak dapat diungkapkan melalui syair puisi, keindahannya
tidak dapat diukir melalui sebuah lagu...
Kepada Sang Maha Agung, karyaMU sungguh tiada
bandingnya- ketampanan wajahnya, senyumnya yang manis nan lembut, suara
merdunya, tatapan matanya yang teduh, tutur katanya yang menyejukkan hati,
sentuhannya yang halus, semua begitu istimewa- tampak sempurna.
Assalamualaikum
Warahmatullahhi Wabarakatuh,
Teruntai kata sesejuk embun di lahan edelweis,
setinggi puncak krakatau, sepanjang katulistiwa, sedalam lautan samudera-
teruntuk ciptaan Tuhan yang tak ternilai keindahannya...
Pertama ingin ku ucapkan terima kasih kepada engkau
sang pujaan hati, karena telah memilih seorang musafir seperti ku yang telah
kau percayakan hatimu untuk ku jaga. Harus kau tahu pujaan hatiku, ini adalah
hal teristimewa sepanjang perjalanan hidupku, ini adalah hal paling mistery
yang pernah ku alami. Begitu banyak ratu bermahkota dari kerajaan seberang
menawarkan hatinya untuk kau miliki, bahkan mahar telah mereka tawarkan
untukmu- untuk menarik perhatianmu agar kau mau menjadi pendamping hidupnya, kereta
kencana pribadi pun mereka miliki agar kau dapat menjelajah isi dunia semaumu
bersama ratu yang kecantikannya di puja-puja banyak rakyat, istana megah pun
mereka tawarkan dengan harapan kau lah pewaris mahkota kerajaan itu...
Apa yang kau pikirkan lagi duhai pujaan hatiku? Gelimang
harta tlah banyak dikirim untukmu, beribu-ribu tahta tlah ditawarkan kepadamu,
ratu-ratu cantik menawarkan hatinya untuk menjadi permaisurimu, tapi semua
harta tahta dan wanita yang datang kepadamu kau acuhkan. Bahkan harta sebanyak
itu tak sedikitpun kau sentuh terlebih kau berikan pada orang lain yang
membutuhkannya, tahta yang ditawarkan kepadamu kau abaikan seolah-olah kau tak
membutuhkannya, seribu wanita yang datang hanya kau balas dengan senyuman tajam
dan surat-surat dari mereka kau bakar dengan panasnya api. Apa yang masih kau
ragukan pujaan hatiku? Hidupmu telah memasuki kaki pintu kenikmatan dunia.
Lantas mengapa kau pergi dan melepas mahkota di kepalamu hanya untuk menemui
seorang perempuan kosong yang tidak terlihat oleh mereka? Pandangan mereka
terhadapku adalah menyurutkan martabatmu. Tidakkah engkau kemudian merasa hina
atas cacian dan makian mereka? Tolong pandanglah aku dengan kedua mata
sempurnamu itu wahai pujaan hatiku, jangan kau tutup sebelah matamu kemudian
kau gunakan untuk memandangku...
Siapakah aku
ini dihadapmu?
Aku hanyalah seorang
musafir wahai raja...
Aku lah musafir yang
tersesat,
Aku lah musafir yang
merindukan oase,
Aku lah musafir yang
dahaga,
Aku lah musafir yang
kering,
Aku hanya musafir
yang merindukan Tuhan,
Aku hanya musafir
yang memiliki Tuhan sebagai harta termahalku,
Tangan Tuhan adalah
tahta ku,
Dan aku bukanlah
wanita, melainkan hanya seorang hamba...
Apa yang kau harapkan dari seorang sepertiku?
Aku tidak memiliki
mahar untuk membayar hatimu, aku tidak memiliki istana untuk kau singgahi, aku
tidak memiliki kereta kencana untuk membawamu menjelajah, aku tidak memiliki
mahkota untuk meninggikan martabatmu.
Yang ku miliki hanya
sebatas hati perempuan biasa, gubuk tua sebagai tempat persinggahan sementara
dalam perjalananku sedangkan pasir adalah tempatku memijakkan setiap langkahku,
kaki ku adalah kereta berhargaku yang membawa pergi kemanapun aku mau, dan
rambut yang menghias kepalaku adalah mahkota sebagai penghargaan dari Tuhan bahwasanya
aku adalah perempuan.
Kedua,
Ijinkan aku meminta
maaf kepadamu...
Kepada matahari
sebagai siang ku dan bulan sebagai malam ku. Kepadanya aku menjadikan saksi
bagi puing hidupku...
Maafkan hati ku yang
terlanjur mencintaimu... Maafkan atas pertemuan seorang hamba adam dan hawa
yang kemudian saling jatuh hati... Maafkan atas pengakuan dari rasa yang telah
dibakar oleh api cinta,
Maafkan atas semua
kejadian ini...
Salahkan aku !
Salahkan aku yang
tidak tahu diri !
Lihatlah pujaan
hatiku, hujan mereda dan mengibarkan pelangi... Sementara aku masih berdiri
disitu menghadapkan pada keindahan... Sungguh mengenalmu adalah harta yang tak
bisa dibeli. Aku telah mencoba melawan keterbatasan ini, walau tak mampu aku
mencoba untuk tetap melangkah...
Dan rasanya semua
begitu sempurna,
Tak ingin aku
mengakhirinya...
Janganlah berganti
esok !
Tetaplah seperti
ini...
Sebenarnya aku
pernah resah menunggu kata dari mu,
Aku tahu kau
membenci tentang kejujuran itu,
Tapi jam terus melambaikan
jarinya...
Kemudian kau memaksa
dirimu sendiri untuk ucapkan “AKU SAYANG PADAMU”...
Sekali lagi, maafkan
atas semua yang telah terjadi pujaan hatiku...
Kepada bumi aku
beritakan saat ini aku merindukanmu,
Kepada nafas-nafas
manusia ku kirim salam rindu untukmu,
Kepada sayap-sayap
patah itulah keadaan ku...
Teruntuk malam aku
lantunkan syair-sayair kesetiaan dalam penantian...
Teruntuk pagi yang
telah menyadarkan aku sebelum aku menjadi gila...
Tali kepercayaan ini
telah mengikat antara aku dan engkau...
9 Agustus 2011
Selamat malam,
(Pujaan hatimu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar